Yuba Makanan Khas Jepang yang Kaya Nutrisi
![]() |
source: nippon.com |
Ketika berbicara tentang kuliner kedelai Jepang, kebanyakan orang langsung teringat ramen,sushi, atau kuliner yoshoku seperti omurice.. Namun, ada satu hidangan istimewa yang mungkin belum banyak dikenal, yakni yuba.
Yuba, makanan khas Jepang ini merupakan lapisan kulit tipis yang terbentuk di permukaan susu kedelai saat dipanaskan, menawarkan cita rasa kaya tanpa sedikitpun rasa pahit.
Meski tampak sederhana, makanan khas Jepang ini telah menjadi bagian penting dari tradisi kuliner dan spiritual negeri Sakura selama berabad-abad, khususnya dalam masakan vegetarian kuil Buddha.
Penasaran dengan makanan yang satu ini? yuk baca artikel nya sampai habis!
Apa itu Yuba?
Ada dua teori menarik tentang asal nama yuba. Teori pertama menyebutkan nama ini berasal dari kata "uba" yang berarti "wanita tua", merujuk pada penampilan berkerut dari lapisan kulit tersebut.
Teori kedua mengatakan bahwa pengucapan kata "uwa" atau "uha" (keduanya berarti "permukaan") berubah seiring waktu menjadi yuba.
Dalam bahasa Jepang, yuba biasanya ditulis sebagai 湯葉 (secara harfiah berarti "daun air panas"), meskipun di beberapa daerah menggunakan karakter 湯波 ("gelombang air panas").
Yuba hadir dalam dua bentuk utama:
Yuba (生湯葉) - Yuba segar yang baru diambil langsung dari permukaan susu kedelai. Teksturnya lembut, creamy, dan memiliki rasa kedelai yang kuat. Yuba jenis ini harus dikonsumsi segera atau disimpan dalam lemari es karena tidak tahan lama.
Hoshiyuba (干し湯葉) - Yuba kering yang dikembangkan sebagai metode pengawetan jangka panjang di era ketika belum ada lemari es.
Yuba kering hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran, bisa berbentuk lembaran, gulungan, atau potongan-potongan kecil. Sebelum digunakan, hoshiyuba perlu direhidrasi dengan air.
Yuba Makanan Khas Jepang Favorit Para Biksu
Yuba memiliki sejarah panjang dan diperkirakan dibawa ke Jepang bersama ajaran Buddha, meskipun tanggal pastinya tidak diketahui.
Kepercayaan populer menyebutkan bahwa biksu Buddha Saicho, yang melakukan perjalanan ke Tiongkok masa Dinasti Tang sebagai utusan, membawa bahan makanan ini kembali ke Jepang.
Di Kuil Enryakuji yang didirikan Saicho di Gunung Hiei, Prefektur Shiga, ada lagu anak-anak dengan lirik "Apa yang dimakan biksu gunung? Yuba panggang."
Sebagai pengikut ajaran Buddha, para biksu mengonsumsi shojin ryori, masakan vegetarian Buddha.
Dibandingkan dengan tahu dan okara yang juga terbuat dari susu kedelai, yuba sangat kaya protein, memiliki kandungan lipid tinggi, serta mengandung mineral dan vitamin dari kedelai, menjadikannya sumber nutrisi penting bagi para biksu yang menjalani pola makan vegetarian ketat.
Selama periode Kamakura (1185-1333), yuba diproduksi secara luas di kuil-kuil Buddha Zen di Kyoto. Produksi kemudian menyebar ke area kuil lainnya, seperti Nikko di Prefektur Tochigi dan Minobu di Prefektur Yamanashi.
Daerah-daerah ini hingga kini masih terkenal sebagai penghasil yuba berkualitas tinggi.
Yuba sebagai Superfood Modern
Dalam beberapa tahun terakhir, yuba mendapat perhatian baik di Jepang maupun luar negeri sebagai makanan kesehatan dengan kandungan nutrisi kedelai yang terkonsentrasi.
Karena berbasis tumbuhan, vegan dapat menikmatinya, menjadikan yuba sebagai bahan dengan potensi besar di era kesadaran kesehatan modern.
Yuba dapat dinikmati dengan berbagai cara: dimakan segar dengan sedikit kecap dan wasabi, direbus dalam kaldu dashi, ditambahkan ke dalam sup, atau bahkan digulung dengan isian lain sebagai makanan pembuka.
Teksturnya yang lembut namun berisi, ditambah rasa kedelai yang natural dan kaya, membuat yuba menjadi bahan serbaguna yang dapat disesuaikan dengan berbagai jenis masakan.
Dengan sejarah panjang yang berakar pada tradisi spiritual, nilai nutrisi tinggi, dan fleksibilitas dalam pengolahan, yuba memang layak disebut sebagai salah satu harta kuliner Jepang yang patut dieksplorasi lebih dalam.
Source: nippon.com
Post a Comment for "Yuba Makanan Khas Jepang yang Kaya Nutrisi"