Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Antara Fantasi dan Mendidik: Benarkah Anime hanya untuk Anak-anak?



"Fantasi memang dari imaginasi manusia yang mungkin tidak bisa diperdebatkan kebenarannya, tapi terkadang kebenaran bisa terlahir dari sebuah fantasi! Siapa yang mengira akan lahirnya TV, telephone dan handphone?".

Mungkin itu ungkapan yang tepat untuk menggambarkan bagaimana kehebatan fantasi atau imaginasi itu sendiri.

Mendidik biasanya bermakna positif yang bertujuan mendewasakan seseorang dari segi karakter maupun ilmu (dikutip dari KBBI).

Mungkin bisa dibilang fantasi dan mendidik adalah 2 hal yang berbeda seperti 1 koin dengan dua sisinya.

Mendidik berhubungan dengan sesuatu yang sudah ada seperti ilmu dan lain-lain, berbanding terbalik dengan fantasi yang mengadakan yang tidak ada seperti membolak-balikan fakta di dunia nyata.

Hal ini lah yang mungkin membuat anime disukai, tapi banyak orang yang tidak sadar dan meremehkan anime itu sendiri.



"Bagian mana yang mendidik?" mungkin pertanyaan itu akan timbul ketika orang membaca ini.

Mendidik yang dimaksud di sini lebih ke pendidikan karakter, meskipun dalam anime tidak secara gamblang digambarkan.

"Aku akan menjadi raja bajak laut!" sedikit sebuah kutipan dari anime One Piece yang mungkin dianggap sebagian orang bahwa orang yang mengatakan itu adalah orang yang sepenuhnya jahat.

Di sinilah peran imaginasi atau fantasi dari seorang Eiichiro Oda dalam menggabungkan fantasi dan pendidikan karakter yang bersifat tersirat, tapi berdampak dahsyat bagi kaum pemuda.

Inti dari ungkapan tersebut adalah tekad seorang pemuda untuk meraih mimpinya dan tidak malu untuk meneriakkan mimpinya.

Tidak hanya pendidikan karakter, anime juga memberikan pendidikan sejarah, karena anime yang mengambil background atau cerita dari sejarah manusia sekarang juga ada seperti Sengoku Basara.



"Obat yang tepat akan menyembuhkan, sedangkan obat yang salah bisa memperparah" hal tersebut mungkin juga berlaku bagi penanyang anime di Indonesia.

Kesalahan yang sangat fatal ketika para orangtua menganggap bahwa anime merupakan tontonan hanya untuk anak-anak.

Anime memiliki berbagai genre maupun jangkauan rentang usia yang berbeda-beda, bahkan ada Anime yang khusus untuk orang dewasa.

Perlu kesadaran bersama dalam memilah tontonan yang tepat.